Selasa, 01 Mei 2012

PILIHAN . . .


Seorang murid disuruh membawa 50kg beras yang dibagi dalam dua kantung, masing-masing dipikulkan di sebelah depan dan belakang murid tsb. dengan panjang tongkat yang sama dari bahu murid. Kedua beban dibawa berjalan sejauh 10 meter.
Murid yang lain, membawa 40kg beras yang tertumpuk pada satu sisi, yaitu bagian belakang murid. Murid tsb disuruh berjalan sejauh 10 meter.
Apa yang terjadi???
ternyata murid yang pertama menyelesaikan tugas ini dengan mudah, sedangkan murid yang kedua, bersusah payah dalam menyelesaikan tugas ini. Bahkan tidak dapat meneruskan ke ujung lintasan yang berjarak 10 meter.
Kenapa???
karena sang murid membawa beban dalam satu tumpuan, yang mengakibatkan dibutuhkannya beban lain untuk menyeimbangkan beban tadi. Maka sang murid menekan tongkat bagian depan dengan tangannya sebesar beban beras yang dibawanya, sehingga, jika panjang tongkat yang ditekan dengan tangan sama dengan jarak bahu dengan beban beras, maka beban yang dibawa menjadi 2x 40kg=80kg.

Suatu ketika kita pasti mengalami masa yang sulit, masa yang dapat menjatuhkan kita pada posisi yang tidak keruan, galau, cemas, dan ketakutan yang luar biasa. Tapi, sadarkah kita bahwa Allah tidak akan memberikan suatu ujian yang melebihi kemampuan hambaNya.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai degnan kesanggupannya..” (2:286).

sang murid yang kedua tadi, sesungguhnya membawa beban lebih ringan dari murid yang pertama, akan tetapi, penanganan yang salah dalam memperlakukan “beban” ujian menjadikannya terasa jauh lebih berat dari kemampuan dirinya.
Ilmu, adalah kunci yang sangat krusial bagi seseorang dalam mengambil langkah dan tindakan dalam menghadapi masalah. Terkadang seseorang mengekspresikan diri dengan menangis, melamun, berteiak, bahkan nekad untuk bunuh diri dalam usaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang dialami. Tak jarang penyelesaian yang diambil justru menambah masalah yang berkepanjangan.
Ya,, justru menambah masalah.

Masih ingat dengan kisah orang solih yang salah mengambil langkah???
suatu ketika sang Solih dicintai oleh wanita. Singkat cerita, dengan perangkap wanita itu, sang Solih berada pada kondisi yang terhimpit. Dia berada di Rumah sang wanita dan ditawari untuk berbuat mesum dengannya. Tentu sang Solih menolak perbuatan yang dapat mengantarkannya pada kehinaan dan siksa Allah itu, fikirnya.
Tahukah apa yang terjadi selanjutnya???

Ternyata sang Solih bukan hanya berbuat mesum dengan wanita tadi, tetapi juga membunuh seorang anak kecil dan mabuk!!!!

Ketika di rumah wanita itu, sang Solih ditawari 3 pilihan 'maksiat' oleh wanita tadi supaya bisa terbebas dari rumah wanita, berbuiat mesum dengannya, meminum arak atau membunuh seorang anak kecil. Jika tidak, maka sang wanita akan berteriak dan mempermalukan sang Solih. (pilihan menjadi 4, malu, mesum, mabuk dan membunuh).
Berfikir bahwa minum arak adalah yang 'paling kecil dosanya' dibandingkan berbuat mesum atau membunuh anak kecil, sang Solih akhirnya meminum arak, yang akhirnya mabuk. Dalam kondisi mabuk, dia melihat wanita tadi dan berhasrat padanya, mesum pun terjadi. Tersadar bahwa ada yang melihat perbuatannya itu,, akhirnya dia membunuh anak kecil yang ada dirumah itu...

kisah ini menyuguhkan kepada kita bahwa seorang solih pun dapat tergoda dan terjerumus,, apalagi kita,,,
yang jelas, pilihan dalam melangkah akan berbanding lurus dengan ilmu dan pemahaman kita akan hidup ini, semoga kita menjadi orang-orang yang bijak dalam menghadapi kehidupan ini.

Kegagalan Adalah Kado Berharga


Ketika ia baru keluar dari dinas tentara, hanya mengantongi ijazah SMU, tidak ada satupun keterampilan, sehingga terpaksa kerja di sebuah perusahaan percetakan menjadi kurir.

Suatu hari, anak muda ini mengantar penuh muatan berisi puluhan buku ke kantor berlantai 7 di suatu perguruan tinggi; ketika ia memanggul buku2 tersebut menunggu di lift, seorang satpam yang berusia 50-an menghampirinya dan berkata: "Lift ini untuk profesor dan dosen, lainnya tidak diperkenankan memakai lift ini, kau harus lewat tangga!".

Anak muda memberikan alasan pada satpam itu:

"saya bukan mahasiswa, saya hanya ingin mengantar buku semobil ini ke kantor lantai 7, ini kan buku pesanan kampus!".

Namun, dengan beringas satpam itu berkata:

"Saya bilang tidak boleh ya tidak boleh, kau bukan profesor ataupun dosen, tidak boleh menggunakan lift ini!". Kedua orang itu berdebat cukup lama di depan pintu lift, tapi, satpam tetap bersikeras tidak mau mengalah. Dalam benak anak itu berfikir, jika hendak mengangkut habis buku semobil penuh ini paling tidak harus bolak-balik 20 kali lebih ke lantai 7, ini akan sangat melelahkan!. Kemudian, anak muda itu tidak dapat menahan lagi satpam yang menyusahkan ini, lantas begitu pikirannya terlintas, ia memindahkan tumpukan buku2 itu ke sudut aula, kemudian pergi begitu saja. Setelah itu, anak muda menjelaskan peristiwa yang dialaminya kepada bos, dan bos bisa memakluminya, sekaligus juga mengajukan surat penguunduran diri pada bosnya, dan segera setelah itu, ia pergi ke toko buku membeli bahan pelajaran sekolah SMU dan buku referensi, sambil meneteskan air mata ia bersumpah, saya harus bekerja keras, harus bisa lulus masuk ke perguruan tinggi, saya tidak akan membiarkan dilecehkan orang lagi.

Selama 6 bulan menjelang ujian, anak muda ini belajar selama 14 jam setiap hari, sebab ia sadar, waktunya sudah tidak banyak, ia tidak bisa lagi mundur, saat ia bermalas-malasan, dalam benaknya selalu terbayang akan hinaan satpam yang tidak mengijinkannya memakai lift, membayangkan diskriminasi ini, ia segera memacu semangatnya, dan melipat gandakan kerja kerasnya.

Belakangan, anak muda ini akhirnya lulus masuk ke salah satu lembaga Ilmu Kedokteran. Dan kini, selama 20 tahun lebih telah berlalu, sang anak muda akhirnya berhasil menjadi seorang dokter klinik. Sang dokter merenung sejenak, ketika itu, jika bukan karena hinaan satpam yang sengaja mempersulitnya, bagaimana mungkin ia menyeka air matanya dari hinaan itu, dan berdiri dengan berani? Dan bukankah satpam yang dibencinya adalah budi-nya seumur hidupnya?

(anonymous)
sumber: Dodi dan Ryan, Beranie gagal, beraniegagal.com

Tugas Kita Adalah Berikhtiar




Ketika orang lain berbicara sejuta basa, tetaplah anda bekerja. Cangkullah sawah anda dan taburi dengan benih. keetika orang lain berdiam tak tahu harus berkata apa, teruskan kerja anda. Siangi dan airi putik-putik yang mulai bertunas itu. Ketika orang lain saling tuding saling hunus, bekerjalah dalam istirahat anda. Senandungkan seranai pengundang angin dan gerimis. Ketika orang lain tterlelap pada tidur nyenyak mereka, jangan putuskan kerja anda. Bekerjalah dengan doa dan harapan; "Semoga ikhtiar ini menjadi kebaikan bagi segenap semesta." Maka, ketika orang lain tergugah dari peraduannya, ajaklah mereka untuk mengangkat sabit memungut panen yang telah masak. Bila mereka tak jua berkenan, jangan kecil hati, terus dan tetaplah bekerja. Bekerja, karena itulah yang semestinya kita lakukan.

Apa pun yang terjadi di muka bumi, sang mentari tak berhenti sedetikpun dari kerja; mengipasi tungku pembakaran raksasanya; menebarkan kehangatan ke seluruh galaksi. Maka, tak ada alasan yang lebih baik untuk keberadaan kita di sini, selain bekerja, mengubah energi hangat mentari menjadi kebaikan semesta

diambil dari buku MOTIVASI NET ir. Andi Muzaki, SH.,MT.
sumber gambar: Gunawan R, klinik fotografi kompas

SELALU ADA SISI BAIK


Jadilah pihak yang selalu optimis dan berusaha untuk melihat kesempatan di setiap kegalan. Jangan bersikap pesimis yang hanya melihat kegagalan di setiap kesempatan. Orang optimis melihat donat, sedangkan orang pesimis melihat lubangnya.
Anda dapat mengembangkan keberhasilan dari setiap kegagalan. Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan menuju keberhasilan. tidak ada elemen lain yang begitu berharga bagi anda jika saja anda mau mempelajari dan mengusahakannya bekerja untuk anda.
Pandanglah setiap masalah sebagai kesempatan. Hanya bila cuaca cukup gelaplah anda bisa melihat bintang
diambil dari buku MOTIVASI NET ir. Andi Muzaki, SH.,MT.

SEBUAH RENUNGAN



Kalau kita mencoba untuk merenung sejenak dan melupakan semua kesibukan sehari-hari, maka kita akan menyadari bahwa manusia pada jaman sekaran ini paling lama umurnya 80 tahun. itupun sudah termasuk panjang umur.
Tetapi kita sering lupa akan hal ini sehingga kita mati-matian mengejar uang, harta, jabatan dan mengabaikan hati nurani kita. Kita menginjak dan menghina orang yang tidak seberuntung kita dan kita menjilat serta mencari muka terhadap orang kaya dan berpangkat.
Kita menilai orang dari mobil, rumah, harta, atau jabatan dan bukan dari pribadi seseorang. Ini yang membuat kita menjadi orang yang egois, serakah, sombong, materialis, dan membutakan hati nurani kita sendiri.
Masing-masing orang bersaing untuk saling melebihi dan pamer kekayaan, pamer rumah, pamer mobil, dan lain-lain. Padahal itu semua hanya membuat orang yang tidak seberuntung kita menjadi panas dan iri hati.
Untuk itu, kita harus sadar dan ingat bahwa hidup ini tidak semata-mata mengejar uang, harta, jabatan, tapi yang utama hidup ini harus kita isi dengan perbuatan-perbuatan yang berguna dan bermanfaat baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Itu semua membuat kita merasa puas, bahagia, rendah hati, dan mempunyai empati terhadap orang yang tidak seberuntung kita. Rejeki kita tidak akan habis, malahan rejeki kita akan lancar dan tidak terputus bila kita mau membagi sebagian rejeki kita untuk orang-orang yang memang benar-beenar membutuhkan bantuan kita.
Marilah hidup ini kita isi dengan perbuatan-perbuatan yang berguna dan bermanfaat baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Sumber : diambil dari buku MOTIVASI NET ir. Andi Muzaki, SH.,MT