PENGUMPULAN
DATA
Data
adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan
memecahkan masalah atau menjawab perta- nyaan penelitian. Data penelitian dapat
berasal dari berbagai sumber yang
dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan pene-
litian berlangsung.
Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data
merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas
tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus
dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif
(sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya). Sebab, kesalahan atau
ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni
berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih
jika dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.
Misalnya, jika
peneliti ingin memperoleh informasi mengenai persepsi guru terhadap kurikulum
yang baru, maka teknik yang dipakai ialah wawancara, bukan observasi. Sedangkan
jika peneliti ingin mengetahui bagaimana guru menciptakan suasana kelas yang
hidup, maka teknik yang dipakai adalah observasi. Begitu juga jika, ingin
diketahui mengenai kompetensi siswa dalam matapelajaran tertentu, maka teknik
yang dipakai adalah tes, atau bisa juga dokumen berupa hasil ujian. Dengan
demikian, informasi yang ingin diperoleh menentukan jenis teknik yang dipakai
(materials determine a means). Itu pun masih ditambah dengan kecakapan peneliti
menggunakan teknik-teknik tersebut. Bisa saja terjadi karena belum berpegalaman
atau belum memiliki pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil menggali
informasi yang dalam, sebagaimana karakteristik data dalam penelitian
kualitatif, karena kurang cakap menggunakan teknik tersebut, walaupun teknik
yang dipilih sudah tepat. Solusinya terus belajar dan membaca hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis akan sangat membantu menambah kecakapan
peneliti.
Penggunaan istilah
‘data’ sebenarnya meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode penelitian
kuantitatif yang biasanya berupa tabel angka. Namun, di dalam metode penelitian
kualitatif yang dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik lisan
maupun tulis, bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang berkontribusi untuk
menjawab masalah penelitian sebagaimana dinyatakan di dalam rumusan masalah
atau fokus penelitian.
JENIS -
JENIS DATA
A. Data Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan
sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.
Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan
penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro
Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Pemahaman terhadap
kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik
serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.
B. Data Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan bentuk
dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data
kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang
berbentuk angka).
1. Data Kualitatif
Data kualitatif
adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara,
analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang
diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data
kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika.
Di dalam metode
penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3).
dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Sebelum
masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini
bahwa hal sangat penting yang harus
dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik
tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah
mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi,
mana yang harus kedua-duanya dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat tergantung
pada jenis informasi yang diperoleh. B. Penjelasan ringkas masing-masing teknik
1. Wawancara
Wawancara ialah
proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya
jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan
teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap
muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan
kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau
tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya. Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara
sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
Agar wawancara efektif,
maka terdapat berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan diri,
2). menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4).
mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar
informan dapat menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan
peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan terdapat
beberapa kiat sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan
tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah disepakati dengan informan,
3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana hingga ke yang serius, 4). bersikap hormat dan ramah terhadap informan,
5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6). tidak menanyakan
hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat
menggurui terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan
tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10) ucapkan
terima kasih setelah wawancara selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada
informasi yang belum lengkap.
Setidaknya,
terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth
interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara
terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas
tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup,
dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara terarah (guided interview) di mana
peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya.
Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni
suasana tidak hidup, karena peneliti terikat
dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi
pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan
daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Dalam praktik
sering juga terjadi jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika
ini terjadi, maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih
spesifik. Selain kurang jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”.
Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi jawaban
“tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak lekas-lekas pindah ke
pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu” mengandung beberapa arti, yaitu:
1) informan memang
tidak mengerti pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari jawaban “tidak
mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.
2) informan
sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak
nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
3) pertanyaannya
bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak
tahu’ dianggap lebih aman
4) informan memang
betul-betul tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu,
jawaban “tidak tahu" merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar
dan sungguh yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.
2. Observasi
Selain wawancara,
observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim
dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan
dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
3. Dokumen
Selain melalui
wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini
bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti
perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga
tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir
untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion),
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu
oleh sekelompok orang lewat diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah
oleh seorang peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN
2011 di mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah.
Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka
dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa
orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil pemaknaan yang lebih
objektif.
SUMBER: