Senin, 14 Januari 2013

Cinta dan Kesetiaan


**
Selama ini..
Aku selalu pesimis tentang cinta.
Selalu gagal..
Patah hati..
Dan tersakiti oleh cinta..
Hingga aku takut jatuh cinta
Sendiri..
Sepi tak percaya akan cinta
Tapi hadirmu..
Membuat ku merasakan indahnya cinta lagi..

**
Dulu..
Aku slalu berharap disayangi dan dicintai.
Merasakan indahnya cerita cinta.
Dan kini..
Kau hadir wujudkan harapan dan mimpi-mimpi indahku tentang cinta lagi..

**
Bagai burung..
Aku slalu terbang tanpa arah.
Tiada tujuan tuk lepaskan lelah kepakan sayapku.
Hingga kutemukan sarang dihatimu.
Yang mampu labuhkan terbang hayalku.
Menjadi tempat terindah untuk ku hinggapi.
Dan mencoba tepiskan keraguan dihatiku..

**
Aku memang bukan yang pertama buatmu..
Aku juga mungkin bukan yang terbaik bagimu..
Tapi..
Aku akan berusaha menjadi seseorang yang berarti dihatimu.
Menjadikan dirimu cinta terakhir dihidupku..
I love You..

**
Sepenggal kisah yang aku jalani denganmu.
Berharap menjadi yang terbaik dan terindah di hidupku.
Berharap takkan pernah berakhir.
Hilangkan semua kesedihan dan kesendirian..
Tercipta satu kisah indah untuk selamanya..

**
Kau sering ucapkan kata sayang untukku.
Aku pun slalu ungkapkan rasa cinta padamu.
Berharap itu kan slalu ada selamanya.
Bukan hanya janji yang dapat menyakitkan hati..
**
Dengan rasa sayang yang ada.
3 alasan aku tetap bertahan untukmu..
Kejujuran..
Kepercayaan.. dan
Kesetiaan..
Cinta ini kan selalu ada untukmu selamanya.
I love U..

Minggu, 13 Januari 2013

INTERAKSI ANTAR INDIVIDU DAN ANTAR KELOMPOK


1. Pengertian Interaksi, Individu, dan Kelompok
A. Interaksi
Secara Bahasa: inter (antar/saling); action (tindakan).
Secara Etimologis: hubungan timbal balik antarsesamanya.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu manusia dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dan individu. Interaksi merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan.

A.  Individu
Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.

Menurut pendapat Dr. A. Lysen kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai suatu kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.Jadi, indivudu merupakan manusia perseorangan atau suatu makhluk yang sebagai kesatuan terbatas.

B.  Kelompok
kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu.

2.    Interaksi antar individu dan antar kelompok
A.    Interkasi antar individu
1.      Yakni suatu kejadian dimana Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan kepada individu lainnya.
2.      contoh : orang sedang bercakap-cakap, seorang guru yang memarahi murid yang terlambat.

B.     Interaksi antar kelompok
1.      interaksi dimana kepentingan individu dalam kelompok merupakan suatu kesatuan, dan berhubungan dengan kelompok lain.
2.      contoh : perlombaan sepak bola, tawuran antar kelompok.

C.     Menurut Charles P. Loomis, ciri-ciri interaksi sosial adalah:
1.      Jumlah pelaku lebih dari satu orang.
2.      Komunikasi antarpelaku menggunakan simbol dan lambang.
3.      Ada dimensi waktu.
4.      Ada tujuan yang hendak dicapai.

3.     Syarat terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial terjadi karena terpenuhinya 2 syarat, yaitu:

a. Kontak sosial
1.       Kontak sosial adalah gejala sosial dimana mereka berhubungan, bertatap muka antara dua individu atau kelompok
2.       contoh : orang berhadapan
Dalam Sosiologi, kontak sosial dapat terjadi dengan atau tanpa hubungan fisik.
3. Kontak sosial memiliki sifat-sifat:
a.   Bersifat positif jika menghasilkan kerja sama dan bersifat negatif jika menghasilkan pertikaian.
b.   Bersifat primer jika pelaku interaksi bertemu muka langsung. Bersifat sekunder jika melalui suatu perantara.
b. Komunikasi
1. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain sehingga terjadi pengrtian bersama. Dan hasilnya berupa reaksi.
2.    Komunikasi memuat komponen-komponen sebagai berikut:


a.         Komunikator : penyampai pesan
b.        Komunikan : penerima pesan
c.         Pesan : segala sesuatu yang disampaikan komunikator
d.        Media : sarana untuk menyampaikan pesan
e.         Efek : perubahan yang terjadi pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator
Adanya komunikasi menimbulkan kontak sosial. Akan tetapi, adanya kontak sosial belum tentu menimbulkan komunikasi. Interaksi sosial juga dapat terjadi melalui komunikasi nonverbal. Setiap pihak menyadari keberadaan pihak lain yang dapat menyebabkan perubahan perasaan.

4.    faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial
Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar.
1. Faktor dari dalam manusia meliputi:
a.       Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
b.      Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
c.       Dorongan untuk mengembangkan diri
2. Faktor dari luar manusia
a.       Imitasi : proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain. Imitasi bisa membawa dampak positif dan negatif, tergantung dari yang ditiru.
b.      Identifikasi : upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menjadi samadengan orang lain yang ditirunya.
c.       Sugesti : rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberikan sugesti tersebut menuruti apa yang disugestikannya tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional (bersifat negatif).
d.      Motivasi : rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberikan motivasi tersebut menuruti apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab (bersifat positif).
e.       Simpati : suatu proses kejiwaan, di mana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau sekelompok orang, karena sikapnya, penampilannya, wibawanya, atau perbuatannya yang sedemikian rupa.
f.       Empati: mirip dengan simpati, tapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja tapi dibarengi perasaan yang sangat dalam.

5.    Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut Gillin and Gillin, proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial ada 2, yaitu:
1. Proses Sosial Assosiatif
Adalah proses sosial yang menuju terbentuknya persatuan/integrasi sosial dan mendorong terbentuknya pranata, lembaga atau organisasi sosial. Yang termasuk proses sosial sssosiatif, antara lain:
a. Kerja sama
Adalah usaha bersama antara individu dengan individu lainnya, antar individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul saat seseorang menyadari bahwa mereka punya kepentingan bersama. Kerja sama menuntut adanya pembagian kerja dan keadilan, sehingga rencana kerja sama dapat tercapai dengan baik untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama akan bertambah kuat bila ada bahaya dari luar yang mengancam kelompoknya.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya, ada berbagai bentuk kerja sama:
1)      Kerukunan
contoh: tolong menolong dan gotong royong (kerja bakti)
2)      Bergaining
Kerja sama yang pelaksanaannya dengan perjanjian tentang pertukaran barang-barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
3)      Kooptasi
Suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara menjaga stabilitas dan menghindari terjadinya kegoncangan.
4)      Koalisi
Kombinasi antara 2 organisasi/lebih yang punya tujuan sama.


5)      Joint venture
Kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
b. Akomodasi
Istilah akomodasi berasal dari kata accommodation yang berarti penyesuaian diri. Secara luas, makna akomodasi adalah suatu bentuk proses social yang didalamnya dua atau lebih individu atau kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling menganggu dengan cara mencegah, mengurangi atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada sehingga tercapai kestabilan.

Tujuan akomodasi:
1)      Mengurangi pertentangan antarindividu, individu-kelompok atau antarkelompok sebagai akibat adanya perbedaan pendapat.
2)      Mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu.
3)      Memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yg hidupnya terpisah sbg akibat faktor-faktor psikologis dan kebudayaan.
4)      Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.



Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, antara lain:
1.       Koersi (coercion): bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan fisik maupun psikologis. Dalam koersi, ada pihak yang lemah dan ada pihak yang kuat.
2.      Kompromi (compromise): bentuk akomodasi yang terjadi karena pihak yang bersengketa saling mengurangi tuntutannya agar tercapai kesepakatan.
3.      Arbitrasi (arbitration): akomodasi dengan menggunakan jasa pihak ketiga karena pihak yang bersengketa tidak mampu menyelesaikan persengketaan. Pihak ketiga ini ditunjuk oleh yang bersengketa atau pihak yang berwenang.
4.      Mediasi (mediation): hampir mirip dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiganya netral dan tidak bisa memutuskan. Ia hanya bisa mengusahakan jalan damai tapi tidak mempunyai wewenang untuk menyelesaikan masalah.
5.      Konsiliasi (consiliation): usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang berselisih untuk mencapai mufakat.
6.      Adjudikasi: cara penyelesaian perkara lewat pengadilan.
7.      Gencatan senjata: penangguhan permusuhan pada waktu tertentu karena menunggu jalan keluar yang baik.
8.      Toleransi: bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang kala toleransi timbul secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi alamiah individu.
c. Asimilasi
adalah upaya untuk mengurangi perbedaan antarindividu/kelompok untuk menghasilkan suatu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama.
Asimilasi terjadi pada masyarakat yang berbeda kebudayaan sehingga terbentuk kebudayaan baru dalam waktu lama.
Asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan akomodasi.
1.  Syarat-syarat asimilasi:
a. Terdapat sejumlah kelompok yang punya kebudayaan berbeda.
b. Terjadi pergaulan antarindividu dan kelompok secara intensif dalam waktu yang lama.
c. Kebudayaan masing-masing kelompok mengalami perubahan dan penyesuaian diri.
2.  Faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi:
a. Sikap menghargai dan menghormati orang lain dan kebudayaannya.
b.  Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
c.  Persamaan dalam unsur budaya secara universal.


d. Terjadinya perkawinan campur antarkelompok yang berbeda budaya.
e.  Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut.
3.      Faktor yang menjadi penghalang asimilasi:
a.  Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu.
b. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan baru.
c. Adanya prasangkan buruk terhadap kebudayaan baru.
d. Adanya perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi dari kebudayaan kelompok lainnya, sehingga tidak mau menerima kebudayaan baru.
e. Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit, atau warna rambut.
f.   Adanya perasaan keterikatan yang sangat kuat terhadap kebudayaan yang sudah ada.
d. Akulturasi
adalah hasil perpaduan dua kebudayaan berbeda yang membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri-ciri kebudayaan masing-masing. Proses akulturasi berlangsung dalam waktu yang lama.

2. Proses Sosial Disosiatif (oposisi)
Suatu cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.  Yang termasuk proses sosial disosiatif antara lain:
a. Persaingan
adalah proses sosial ketika individu-individu/kelompok-kelompok manusia bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Persaingan terjadi hampir di setiap bidang kehidupan. Namun persaingan harus dilakukan secara jujur dan sportif.
b. Kontravensi
adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi biasanya bersifat rahasia. Dalam kontravensi, lawan tidak diserang secara fisik tapi secara psikologis sehingga ia menjadi tidak tenang.
c. Konflik
adalah proses sosial yang terjadi ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak yang lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik muncul karena adanya perbedaan perasaan, kebudayaan ataupun perbedaan kepentingan.
Bentuk-bentuk konflik antara lain:
a.      Konflik pribadi
b.      Konflik antarkelompok
c.      Konflik rasial
d.      Konflik antarkelas sosial
e.      Konflik politik
f.      Konflik internasional
6. Status dan Peranan Individu atau kelompok dalam Interaksi Sosial
Status seseorang menentukan perannya, peran seseorang menentukan perilakunya.
1. Status (kedudukan)
Adalah posisi seseorang dalam kelompok masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Seseorang dapat mempunyai beberapa status karena ikut serta dalam berbagai pola kehidupan.
Menurut Ralph Linton, ada tiga macam status, yaitu:
a.      Ascribed Status
Status yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran. Status ini bersifat tertutup, yaitu hanya pada orang tertentu saja.
b.      Achieved Status
Status ini diperoleh melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri. Jadi, status ini terbuka bagi setiap orang. Semua orang dapat mencapainya, asalkan memenuhi syarat tertentu.
c.      Ascribed Status
Status ini merupakan pemberian dari orang lain. Status ini umumnya diberikan kepada orang yang berjasa memperjuangkan sesuatu bagi masyarakat.
2. Peran sosial
Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Jika seseorang telah melaksanakan kewajiban dan meminta haknya sesuai dengan status yang disandangnya, maka ia telah melaksanakan perannya. Status dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan sebaliknya.

http://bkintheschool.blogspot.com/2012/04/interaksiantar-individu-dan-antar.html

PEHGARUH SITUASI


Keputusan   pembelian  merupakan kegiatan  individu  yang  secara langsung terlibat dalam pengambilan  keputusan untuk melakukan pembelian terhadap  produk yang ditawarkan  oleh penjual. Pengertian keputusan  pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan  merupakan suatu
 kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
 Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang  dapat  membuat keputusan, haruslah  tersedia beberapa alternatif pilihan.
Ada tiga aktivitas  yang  berlangsung  dalam  proses  keputusan  pembelian oleh konsumen yaitu ( Hahn, 2002 : 69 ) :
a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian.
b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian.
c. Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk pesaing.
    
 Menurut Kotler ( 2002 : 183 ),  perilaku pembelian  konsumen dipengaruhi oleh:
1. Faktor budaya, yang terdiri dari :
a.  Budaya, merupakan  penentu  keinginan  dan  perilaku yang paling mendasar.
b. Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih              kecilyang memberikan lebih banyak ciri-ciri sosialisasi khusus bagi anggotanya.
c. Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative homogen dan permanent, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama.
2. Faktor Sosial
a.  Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.
b.    Keluarga
c.   Peran dan Status , dimana peran adalah kegiatan yang diharapkan    akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran tersebut menghasilkan status.
3. Faktor Pribadi, yang terdiri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan ekonomi; gaya hidup dan kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor Psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,keyakinan dan sikap.
sumber :
Schiffinan LG dan LL Kanuk, (1994), Consumer Behavior. London : Prentice Hall International.

Kotler, Philip, (2002) Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba. Edisis ketiga. Gajah Mada Universitas Press.

SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA


  1.Pengertian
                  Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap ke lima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun, meskipun tahap ini bisa lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga umur 11-20 tahun. Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan kelurga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan kelurga memungkinkan tanggung jawab dan kebebebasan yang lebih besar bagi remja dalam persiapan menjadi dewasa muda (duvall 1977).
                  Preto (1988), dalam membahas tentang transformasi system keluarga dalam masa remaja menguraikan metamorphosis keluarga yang terjadi. Metamorfisis ini meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orang tua karena meraka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang dihadapi oleh kakek-nenek dalam usia tua” (hal.255).
                  Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau tentu yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell etal, 1983). Keluarga amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orang tua dan menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bias dihindarkan. Tugas perkembangan remaja menghendaki pergerakan dari ketergantungan dan kendali orang tua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktivitas dan pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa (Adams, 1971).
                  Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell etal, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orang tua dan remaja).
                  Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orangtua. Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit saat ini. Namun demikian, orang tua perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk akal tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses “melepaskan”. Duval (1977) juga mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
                  Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan meraka, dan ketika meraka menerima sejumlah peran meraka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitifitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam penerimaan diri yang sama. Hubungan antara orangtua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri (kidwell etal, 1983) dan orangtua / keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988).
                  Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan meraka bahwa kompleksitas kehidupan Amerika yang meningkat telah membuat peran orangtua tidak jelas. Orangtua merasa berkompetisi dengan berbagai kekuatan social dan institusi – mulai dari otoritas sekolah dan konselorhingga keluarga berencana dan seks pranikah dan pilihan kumpul kebo. Factor-faktor lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan dan profesi, orangtua tidak bias lagi membantu anak-anak meraka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orangtua, selain ketidakmampuan banyak orangtua untuk mendiskusikan masalah-masalah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka juga memberikan kontribusi pada massalah-masalah orangtua-remaja.
http://rendy-bledhek.blogspot.com/2010/12/siklus-kehidupan-keluarga-tahap-5.html

KELOMPOK REFRENSI


Kelompok referensi/acuan adalah individu/kelompok nyata atau khayalan yang memiliki pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain. Kelompok acuan (yang paling berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain melalui norma, informasi, dan melalui kebutuhan nilai ekspresif konsumen.
Pemasar harus dapat mengidentifikasi peran seseorang di dalam kelompoknya dalam pengambilan keputusan, dan harus menekankan pada si pengambil keputusan. Penyesuaian dilakukan hanya untuk sekadar menyesuaikan diri agar diterima oleh kelompok atau penyesuaian yang mengubah kepercayaan. Orang butuh untuk menilai opini dan kemampuan mereka dengan membandingkannya dengan opini dan kemampuan orang lain. Dalam polarisasi kelompok, perbedaan pandangan antara kelompok dengan individu, dan kelompok dapat berubah pandangannya dikarenakan informasi dan budaya yang ada.
Kelompok referensi / acuan menurut Kotler dan Armstrong adalah : “Kelompok -kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung pada sikap dan prilaku seseorang.” Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku Anggota kelompok referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera. Oleh karena itu konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik prilaku fisik maupun mentalnya.
Kelompok acuan dapat berbentuk organisasi formal yang besar, terstruktur dengan baik, memiliki jadwal pertemuan rutin, dan karyawan-karyawan yang tetap. Di lain pihak, kelompok acuan juga dapat berbentuk kelompok kecil dan informal. Kelompok acuan terdiri dari orang-orang yang dikenal secara mendalam (seperti keluarga atau sahabat) atau orang-orang yang dikenal tanpa ada hubungan yang mendalam (klien) atau orang-orang yang dikagumi (tokoh atau artis). Karena orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki kemiripan, mereka sering kali terpengaruh dengan mengetahui bagaimana orang lain menginginkan mereka menjalani hidup.
Kecenderungan orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keakraban, ekspos terhadap seseorang (Mere Exposure), dan kepaduan kelompok.
Terdapat beberapa bentuk kelompok acuan yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku konsumsi, yaitu kelompok pertemanan, kelompok belanja, kelompok kerja, komunitas maya dan kelompok aksi konsumen.
Seorang pemberi opini ini adalah orang yang sering kali mampu mempengaruhi sikap atau perilaku orang lain. Opinion leader memiliki sumber informasi yang berharga. Yang biasanya menjadi opinion leader adalah artis, ahli atau pakar di bidang tertentu, orang awam (biasa), pimpinan perusahaan, dan karakter
Dalam strategi pemasaran, agar dapat diterima konsumen maka informasi disampaikan oleh opinion leader yang sesuai dengan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan.
Sumber : http://manajemenmandiri.wordpress.com/2012/05/14/fungsi-kelompok-dan-kelompok-referensi-dalam-mempengaruhi-konsumen/

KELAS SOSIAL


Kelas sosial adalah pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda, sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainya mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Kelas Sosial Merupakan Bentuk Segmentasi Hierarkis dan Alamiah
Dalam konteks ini, keanggotaan kelas sosial dipakai konsumen sebagai suatu kerangka rujukan (atau kelompok rujukan) untuk pengembangan sikap dan perilaku mereka. Dalam konteks kelompok rujukan, para anggota suatu kelas sosial tertentu dapat diharapkan paling sering berpaling kepada para anggota lainnya dari kelas yang sama untuk memperoleh petunjuk mengenai perilaku yang sesuai. Pada kasus lain, anggota kelas lain, anggota kelas sosial tertentu (misalnya kelas bawah yang teratas) mungkin ingin meningkatkan kedudukan kelas sosial mereka dengan berusaha menyamai atau melebihi perilaku anggota kelas menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka mungkin membaca berbagai majalah kelas menengah, melakukan berbagai “hal yang dilakukan kelas menengah”, dan menghabiskan waktu di berbagai restoran kelas mennegah sehingga mereka dapat mengamati perilaku kelas menengah.
Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi dan para konsumen mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”. Dengan demikian, berbagai strata kelas sosial memberikan dasar yang alamiah untuk melakukan segmentasi pasar bagi banyak produk barang maupun jasa. Dalam banyak hal, para peneliti tentang konsumen sudah dapat mengaitkan berbagai aspek pemakaian produk dengan keanggotaan kelas sosial.
Kategori Kelas Sosial
Berbagai studi yang paling awal membagi anggota masyarakat tertentu menjadi 5 atau 6 kelas kelompok kelas sosial. Tetapi para peneliti lain menemukan bahwa 9, 4, 3, dan bahkan 2 skema kelas telah cukup untuk kepentingan mereka. Pilihan berapa kelas terpisah yang harus digunakan tergantung pada jumlah rincian yang dianggap perlu oleh para peneliti untuk menerangkan dengan cukup jelas sikap atau perilaku yang sedang dipelajari. Para pemasar tertarik pada struktur kelas sosial masyarakat yang merupakan pasar potensial bagi produk mereka dan pada tingkat kelas sosial tertentu dari pelanggan potensial mereka.
Sumber : http://dc317.4shared.com/doc/5xo2Qifd/preview.html